Bismillah, mamen, syafa'at adalah perrkara yang agung yang merupakan milik Allah Subhanahu wata'aala, yang akan diberikan kepada para hambanya yang di ridhoi dan dirahmati-Nya. Syafa'at adalah merupakan cabang ke imanan yang wajib diimani oleh setiap Muslim. Karenanya bagi hamba yang merealisasikan Tauhid dengan ketentuan-ketuannya, maka akan berhak mendapatkan Syafa'at yang agung, baik syafa'at yang sifatnya khusus dimiliki oleh Rasulullah Shallallohu 'alaihi wasallam, ataupun yang sifatnya umum yang dimiliki oleh para Rasul, Syuhada dan orang-orang shalih.
Barangsiapa yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hari akhir, tentu akan menginginkan syafa’at tersebut. Dan taukah jika syarat mutlak agar mendapatkan syafa'at adalah bertauhiid kepada Allah, tidak menyembah selain Allah, tidak berdoa kepada selain Allah. Apa macam syafa'at itu?
Macam-macam Syafa'at
Para ulama telah membagi syafa’at menjadi dua bagian utama :
Pertama : Syafa’at yang khusus untuk Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Syafa’at beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam ini bermacam-macam :
1. Syafa’at terbesar (al ‘udzma atau al kubra). Syafa’at ini khusus dimiliki Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan tidak ada seorang pun, dari para rasul ulul ‘azmi yang menyamai beliau Shallallahu 'alaihi wa salalm. Syafa’at terbesar ini akan diberikan kepada hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang beriman kelak di padang Mahsyar.
Dalil tentang syafa’at ini dapat dilihat dalam hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu yang panjang.
"Ketika hari kiamat datang, manusia berduyun-duyun mendatangi nabi Adam dan mengatakan, "Berilah syafa'at kepada rabbmu !" Adam menjawab, "Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Ibrahim karena dia adalah kekasih Allah Azza wa Jalla ," mereka mendatangi Nabi Ibrahim, nabi Ibrahim berkata," Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Musa karena dia adalah kalimullah (orang yang diajak bicara langsung oleh Allah). mereka mendatangi Nabi Musa, nabi Musa berkata," Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Isa karena dia adalah ruhullah dan kalimatNya," Mereka mendatangi Nabi Isa, nabi Isa berkata," Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Muhammad." Maka mereka mendatangiku, maka aku katakan, "Ya aku punya hak, maka aku minta idzin kepada rabbku, maka Dia memberiku idzin ….".
2. Syafa’at beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada calon penghuni surga yang sudah berada di luar pintu surga agar segera masuk surga. Pintu-pintu surga dapat dibuka dengan izin Allah melalui syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dalil tentang syafa’at ini bisa ditemui dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabb-nya dibawa ke surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka para penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu. Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya". [az Zumar:73].
3. Syafa’at Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada pamannya Abu Thalib agar diringankan azabnya. Syafa’at ini merupakan pengecualian dari firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
فَمَا تَنفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ
"Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at" [al Muddatsir : 48].
يَوْمَئِذٍ لاَتَنفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلاَّ مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلاً
"Pada hari itu tidak berguna syafa’at, kecuali (syafa’at) orang yang Allah Maha pemurah telah memberi izin kepadanya dan Dia meridhai perkataannya". [Thaha : 109].
Azab neraka yang akan diterima oleh Abu Thalib adalah, ia kelak akan menggunakan alas kaki dari api neraka yang akan membuat otaknya mendidih. Syafa’at ini khusus untuk Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada seorang pun yang dapat memberikan syafa’at kepada orang kafir, kecuali Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Syafa’at beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Abu Thalib tidaklah diberikan atau dikabulkan secara sempurna, akan tetapi sekedar meringankan azab Abu Thalib, lantaran di dunia ia membela keponakannya dari gangguan kaum kafir Quraisy.
Kedua : Syafa’at hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang beriman. Syafa’at mereka tersebut bermacam-macam :
1. Syafa’at hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang beriman kepada para calon penghuni neraka agar tidak jadi masuk ke dalam api neraka. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا شَفَّعَهُمْ اللَّهُ فِيهِ
"Tidaklah seorang muslim wafat, lalu empatpuluh orang yang tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun ikut menshalatkan jenazahnya, kecuali akan berlaku syafa’at mereka terhadapnya".
Sudah barang tentu syafa’at ini dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sebelum calon penghuni neraka masuk ke dalam api neraka. HR Muslim
2. Syafa’at hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang beriman kepada para penghuni neraka agar dikeluarkan dari neraka.
Hadits-hadits yang menjelaskan tentang syafa’at ini derajatnya mutawatir. Seluruh ulama Islam sepakat atasnya, serta tidak ada yang menentangnya dari umat Islam, kecuali golongan Mu’tazilah dan Khawarij. Mereka mengingkari pemberian syafa’at kepada para pelaku dosa besar secara mutlak, karena mereka berkeyakinan bahwa pelaku dosa besar kekal di dalam neraka untuk selamanya, dan tidak berlaku syafa’at kepadanya. Aqidah Mu’tazilah dan Khawarij ini bertentangan dengan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي
"Syafa’atku kelak bagi pelaku dosa besar dari kalangan umatku" HR Abu Dawud (4739), at Tirmidzi (2435).
2. Syafa’at hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang beriman kepada sesama orang-orang yang beriman untuk mengangkat derajat-derajat mereka di surga kelak. Yang demikian ini diambil dari doa-doa orang-orang yang beriman kepada sesama mereka, sebagaimana Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam mendoakan sahabatnya, Abu Salamah Radhiyallahu 'anhu :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ
"Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, angkatlah derajatnya kepada golongan orang-orang yang diberi petunjuk, lapangkanlah kuburannya...". [HR Muslim] Do’a seperti ini merupakan syafa’at bagi si mayit.
Syarat-Syarat Syafa'at
Berdasarkan firman Allah :
وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لاَتُغْنِى شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلاَّ مِن بَعْدِ أَن يَأْذَنَ اللهُ لِمَن يَشَآءُ وَيَرْضَى
"Dan berapa banyaknya malaikat di langit; syafa’at mereka sedikit pun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan dirihaiNya " [an Najm : 26].
Dengan demikian syafa’at memiliki dua syarat :
Pertama. Izin dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan firmanNya : أَن يَأْذَنَ اللهُ
Kedua. Ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala atas pemberi syafa’at dan yang menerima syafa’at tersebut, dengan firmanNya وَيَرْضَى atau dalam ayat yang lain
وَلاَيَشْفَعُونَ إِلاَّ لِمَنِ ارْتَضَى
"Dan mereka tidak memberi syafa’at melainkan kepada orang-orang yang diridhoi Allah" [al Anbiya : 28].
Dengan syarat-syarat di atas, maka pemberi syafa’at telah diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kewenangan untuk memberikan syafa’atnya. Begitu juga dengan penerima syafa’at, ia akan segera memperolehnya dengan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta'ala atasnya.
Salam Sukses
Selamat Datang Bisnis Terbaru Ustadz Yusuf Mansur
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar